Bulletin punk dengan kebohongan definisi ( part 2 )

Jika anda semua sedikit jeli dengan apa yang ada di sebuah bulletin punk bulanan yang dikeluarkan oleh sebuah band punk ( ngakunya begitu ) maka anda akan banyak menemukan kejanggalan dalam penafsiran definisi dan aplikasinya.

Di satu sisi semua elemen di semua kota mulai tanggap akan blur-nya sebuah definisi tentang punkrock dan indie, di sisi yang lainnya masih saja ada individu-individu yang memakai bendera indie maupun punk hanya untuk meraih podium kepopulerannya. Manusiawi sekali mengingat hierarki kebutuhan manusia adalah prestige dan pengakuan social setelah semua trigonal kebutuhannya tercukupi.

Media informasi dalam bentuk apapun sangatlah berguna dan edukatif apalagi dalam bentuk konkrit seperti bulletin dengan format selembar two sides fotocopian. Akan tetapi akan menjadi sebuah pedang pembunuh etnis jika itu digunakan hanya untuk kepentingan mendongkrak kepopuleran tanpa adanya edukasi yang jelas.

Tentu saja sebuah media yang memuat sebuah text tanpa acuan yang jelas diibaratkan seperti orang yang mengigau bahkan implikasinya orang tersebut bisa menghancurkan eksistensi komunitas yang selama ini berusaha sekedar bernafas di tengah himpitan media koorporasi raksasa seperti tv dan koran radar. Penjabaran definisi yang tidak berimbang dan lebih cenderung tidak memakai parameter yang jelas membuat pandangan awam yang membacanya akan terpengaruh secara signifikan ( jika komunitas yang diberitakan hanya diam –red ).

Hal seperti ini sama hal nya seperti kasus lia eden dengan “komunitas eden” nya dan FFWD dengan LA LIGHT INDIEFEST nya. Mereka mengatas namakan sesuatu tapi tak sejalan dengan attitudenya. Jika hal ini terlalu membingungkan, saya akan memberi contoh yang simple : ada seorang yang mengaku dan berkoar-koar dia adalah polisi tapi melihat kejahatan dia ga peduli, contoh yang lain : ada orang yang mengaku dialah seorang tilawah tapi baca al quran seperti baca teks Cinderella.

Sepertinya orang-orang seperti kita belum siap dengan HAM ataupun kebebasan pers atau malah mereka tidak mau menggali roots yang sudah terpatri dalam perjalanan sejarah sebuah revolusi budaya di Indonesia semenjak kran demokrasi dibuka lebar.

Kita semua adalah pahlawan untuk diri kita sendiri. Tidak ada didunia ini yang merasa dirinya adalah antagonist dalam sandiwara di atas panggung dunia ini, dan pastinya semua orang termasuk anda akan merasa benar bila dihadapkan pada kenyataan seperti ini.

Sekali lagi saya tekankan bahwa tulisan ini bukan untuk sarana membuat permusuhan dan mengkotak-kotakan musik tapi adalah upaya untuk mengingatkan kalian bahwa memahami wacana apalagi definisi dari roots yang jelas adalh sangat penting. Saya tidak peduli kalian rock, punk, gembel, artis, dangdut, celana ketat, Bermuda, tuxedo, ambient, shoegaze, sayap kiri, sayap kanan, tai babi, masa bodo!!! Jika kalian punya sesuatu yang kalian yakini sendiri dan itu melenceng dari jalur seperti lia eden, janganlah menebarkan keyakinan kalian dimuka umum. Itu jika kalian waras.. jika kalian tidak waras teruskan saja dan barisan kalam profane akan menendang pantat kalian dengan seribu dakwah retorika bergaya imam mahdi.

1 komentar:

RA Consultant mengatakan...

Bulleting Punk dengan Kebohongan definisi..

mungkin sudah cukup lama aku mendegarkan sebuah opini yang terkesan dipaksakan oleh sebuah band atau individu yang bisa dikatakan memaksa dia paham akan sebuah makna punk.
dan ingin di angkat di antara teman2